MASA ADVEN
MASA ADVEN
Arti dan Maknanya bagi Orang Kristen Katolik
1. Arti Istilah Masa Adven
Kata adven sendiri, yang berasal dari kata bahasa Latin adventus (=bahasa Inggris advent) dan berarti kedatangan, digabung dengan kata masa dalam kalangan Kristen, terutama Katolik, biasanya dipergunakan untuk menyebut suatu masa tertentu dalam tahun (liturgi) Gereja, yakni masa adven, suatu kurun waktu yang berlangsung selama sekitar empat minggu sebelum Hari Raya Natal. Masa inide facto senantiasa dimulai pada Hari Minggu yang terdekat dengan Hari Pesta St. Andreas, Rasul, tanggal 30 November (bisa jatuh pada tanggal 27 November s/d 3 Desember) dan mencakup empat Hari Minggu sampai sebelum Hari Raya Natal, 25 Desember. Dengan demikian rentang waktu masa ini bervariasi dari yang paling pendek 21 hari dan paling panjang 28 hari.
Melihat penempatan masa Adven ini langsung sebelum Hari Raya Natal, mudalah dimengerti, bahwa masa ini dimaksudkan sebagai persiapan untuk perayaanAdventus Domini [=kedatangan Tuhan] pada Hari Natal. Dengan demikian kesejajaran fungsinya dengan Masa Prapaskah sebagai persiapan Hari Raya Agung Paskah mudah dipahami. Bedanya terutama ada dalam panjang kedua masa persiapan ini: Masa Adven hanya berlangsung selama sekitar empat pekan, sedang Masa Prapaskah, yang dimulai dari Hari Raya Rabu Abu sampai dengan Trihari Suci berlangsung lebih dari empat puluh hari.
2. Adventus Domini
Kedatangan Tuhan ini pasatilah kedatangan Tuhan Yesus. Kita mengenal tiga kedatangan Tuhan Yesus, yakni (1) kedatangan-Nya yang pertama ketika Ia menjelma menjadi manusia, yaitu kelahiran-Nya (lih. a.l. Luk 2:6ss) yang dirayakan pada Hari Raya Natal; (2) kedatangan-Nya yang kedua pada akhir jaman nanti (lih. a.l. Mat 16:27). Akan tetap orang Katolik yang merayakan kedua kedatangan Tuhan tadi dalam ekaristi, juga sendiri akan menerima (3) kedatangan Yesus dalam Komunis Suci yang disambutnya. Gagasan ketiga kedatangan Tuhan ini akan bergema sepanjang masa adven, a.l. melalui bacaan-bacaan dan doa-doa Perayaan Ekaristi masa itu. Gagasan tentang kedatangan Tuhan yang kedua, misalnya, malah sudah menjadi pewartaan utama dalam bacaan Minggu pertama Adven (lih. misalnya, bacaan Injil untuk Minggu Adven I Tahun A adalah Mat 24: 37-44). Gagasan mengenai ketiga kedatangan Tuhan Yesus tersebut memberikan dimensi khusus kepada masa adven, yakni dimensi ke masa lampau, ke masa kini dan juga ke masa depan.
3. Latar Belakang Perayaan Masa Adven
Kita sama sekali tidak memiliki data pasti, sejak kapan masa adven dijalankan di dalam Gereja. Pasti masa persiapan Natal ini belum ada sebelum Hari Raya Natal sendiri ditetapkan. Dokumen tertua yang menyebutkan bagaimana Hari Raya Natal harus dipersiapkan, berasal dari tahun 490, ketika St. Gregorius dari Tours menulis buku.
Sejarah Bangsa Perancis, menyebutkan, bahwa St. Perpetuus, Uskup Tours pendahulunya, pada tahun 480 menetapkan secara resmi, bahwa sejak tanggal 11 Nopember (Pesta St Martinus) s/d Natal umat beriman harus berpuasa tiga kali seminggu. Masa ini disebut Quadragesima Sancti Martini [Puasa 40 hari St. Martinus]. Lamanya dan laku puasa yang dipraktekkan selama persiapan Natal ni menunjukkan aspek pertobatan yang jelas-jelas disejajarkan dengan masa Parapaskah, [dahulu memang disebut "Masa Puasa"], sebagai persiapan Paskah. Kenyataan bahwa banyak tokoh-tokoh Gereja memberikan khotbah-khotbah khusus untuk masa ini, yang berbeda dengan masa biasa, seperti sermones St. Maximus dai Turino, St. Cesarius dari Arles, bahkan St. Ivo dari Chartes mewariskan kepada kita sekumpulah khotbah yang bernama De Adventu Domini, mulai menunjukkan bahwa penamaan “masa adven” dan lama masa ini sudah mulai mendapatkan bentuknya, yakni sejajar dengan dengan masa Prapaskah, mencakup lima hari Minggu. Petunjuk pertama tentang lama maa Adven yang hanya mencakup empat hari Minggu, terdapat dalam surat Paus St. Nicolaus I (meninggal 867) kepada Umat di Bulgaria. Tetapi baru dalam pemerintahan Paus Gregorius VII-lah (1073-1985) ditetapkan bahwa masa adven hanya mencakup empat hari minggu.
4. Menghayati Semangat Adven
Dahulu ketika Masa Prapaskah masih disebut masa puasa, di Indonesia masa adven ini disebut Masa Penantian. Oleh karena itu semangat penghayatan masa ini terutama adalah semangat pengharapan. Dalam Roh Yesus, persekutuan definitif dengan Allah Bapa menjadi nyata dalam sejarah, meskipun masih dalam bentuk misteri dan tidak tampak. Bagi umat beriman pengharapan bukan hanya berupa penantian kepada sesuatu yang akan terjadi, tetapi lebih merupakan sesuatu komitmen, kini dan di sini, untuk ikut serta membangun Kerajaan Allah. Dalam ensiklik Tertio Millennio Adveniente [TMA] Paus Yohanes Paulus II menulis: “Pengharapan, di satu pihak mendorong umat beriman untuk tidak kehilangan arah pada tujuan akhir yang memberi arti dan nilai bagi hidupnya, tetapi di pihak lain memberikan pendasaran yang kokoh pada berkomitmen setiap hari untuk mengubah kenyataan hidup ini menjadi lebih sejalan dengan rencana Allah” (TMA, 46). Dasar pengharapan ini terkait secara erat dengan penantian kita, yang akan memuncak pada Hari Minggu Ketiga Adven ( yang lazimnya disebut hari Minggu Gaudete [=Bersukacitalah]):” Bersukacitalah selalu dalam Tuhan. Selaki lagi kutakatakan: bersukacitalah! Sebab Tuhan sudah dekat” (Antifon Pembuka,Minggu Adven III, Flp 4:4-5). Karena itu Tuhan Yesus sendirilah yang menjadi subjek dari pengharapan kristiani kita, yakni misteri keselamatan yang dahulu tersembunyi, tetapi sekarang dinyatakan: “Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!” (Kol 1:27).
5. Liturgi Masa Adven
Untuk menuntun umat beriman menghayati semangat pengharapan dalam menantikan kedatangan Tuhan ini, liturgi masa Adven menampilkan tiga tokoh besar masa Adven, yakni Nabi Yesaya, Yohanes Pembaptis dan Santa Perawan Maria.
Nabi Yesaya, yang nubuat-nubuatnya mendominasi Bacaan Pertama masa Adven, adalah tokoh Perjanjian Lama yang paling hangat menantikan kedatangan Sang Immanuel (Allah beserta kita, Yes 7:14). Ia yang hidup sekitar 800 tahunsebelum Masehi (lih. Yes 1:1), menjadi eksponsen paling hangat dari kerinduan jangka panjang manusia akan kedatangan Dia yang akan menjadi Juru Selamat yang akan sungguh mengejawantahkan Allah beserta kita itu.
Yohanes Pembaptis, yang mendominasi Kabar Gembira Injil pada dua hari Minggu Adven II dan III (Tahun A, B, C), dengan mengidentifikasikan dirinya dengan nubuat Yesaya tentang suara yang berseru di padang gurun (lih. Mat 3:3), adalah eksponen paling bersemangat memperjuangkan orang atas kedatangan Sang Juru Selamat, yang sudah dekat, bahkan sudah hadir itu. Ia sendiri bahkan hidup sewaktu dan semas dengan Yesus, meskipun rupanya baru kemudian sekali bertemu dengan Yesus (Yoh 1:29). Kelak Yesus akan sangat memuji bentara-Nya ini (Mat 11:11).
Santa Perawan Maria, adalah tokoh Adven yang paling puncak. Dialah yang paling dekat dengan Sang Juru Selamat ini, justru karena dalam dialah pertama-tama direalisasikan nubuatan Yesaya tentang Allah besera ita itu (Injil Minggu Adven IV Tahun A), dengan menerima Dia dalam tubuhnya sendiri (ibid., Tahun B). Bahkan ia juga membawa kepada orang lain Yang dikandungnya itu, sehingga orang itupun merasa diselamatkan (ibid., Tahun C). Masa Adven, dan secara istimewa hari-hari terakhirnya dari tanggal 17 s/d 23 Desember, sunguh-sungguh bida dikatakan Masa Maria, par exellence. Gerejan mengenang Puteri Sion, Perawan yag menantikan dan menerima kedatangan Sang Sabda, yang sungguh-sungguh memebenarkan dalam dirinya sapaan Malaekat Tuhan Sertamu. Kita semua, umat beriman, dengan meneladan Maria, wanita berpengharapan yang seperti Abraham menerima kehendak Allah sambil berharap meskipun tanpa dasar untuk berharap (lih. Rom 4:18; TMA, 45), diundang untuk memepersiapkan diri menyambut Tuhan yang datang (lih. Paus Paulus VI, Marialis Cultus, 4). Pada awal masa adven, Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Dosa mengajak kita untuk merenungkan keajaiban kasih Allah yang dinyatakan-Nya dalam diri Maria, yang tidak terkena oleh cemar dosa manapun juga, bagaikan makhluk yang diciptakan dan dibentuk baru oleh Roh Kudus (Lumen Gentium, 56). Santa Perawan Maria, Bunda Kristus, bagi kita bangsa manusia telah menampakkan diri sebagai tanda pemilihan Allah yang tak dapt diubah dan diganggu-gugat dan menjadi tanda pengharapan yang tak tergoyahkan (Paus Yohanes Paulus II,Redemptoris Mater, 11).
6. Krans Adven
Simbol masa Adven yang semakin hari semakin populer (karena kini bisa dibeli di supermarket) adalah corona adven (karangan adven, atau karans adven). Barangkali berasal dari Jerman sebelum kekristenan, ketika orang bisa menyalakan lilin pada krans dedaunan sebagai penerang pada malam-malam gelap dan dingin di bulan Desember, sebagai lambang harapan mereka akan terang dan panasnya matahari di musim semi nanti. Pada Abad Pertengahan orang-orang Kristen mengadopsi tradisi itu, sebagai lambang penantian kedatangan Kristus yang memang adalah Sang Surya Kebenaran (Mat 4:2) dan Terang Dunia (Yoh 8:12).
Simbolik Krans Adven sungguh indah. Krans yang bulat adalah lambang keabadian Allah. Dedaunan (lambang kehidupan) yang hijau (lambang pengharapan), sehingga keseluruhannya melambangkan harapan akan hidup kekal yang akan dianugerahkan oleh Yesus (lih. Yoh 11:25). Empat lilin (aslinya berwarna ungu [pertobatan] dan satu pink [kegembiraan] melambangkan empat Hari Minggu masa Adven dan setiap hari Minggu dinyalakan satu lilin (yang berwarna pink dinyalakan pada hari Minggu Adven III, Hari Minggu Gaudete.Pemasangannya secara progresif satu demi satu sampai keempatnya bernyala semua, melambangkan harus semakin hangatnya penantian kita pada kedatangan Tuhan itu.
Oleh:
Romansa Taasihe
Komentar
Posting Komentar