Dari Dunia Fana Menuju Surga Abadi
[Hari Peringatan Mulia Arwah Semua Orang Beriman: 2Mak 12:43-45; Mzm 130:1-8; 1Kor 15:12-34; Yoh 6:37:40]
Di tanggal 1 dan 2 November ini, dan bahkan sepanjang bulan ini, Gereja mengajak kita untuk secara khusus mengarahkan pandangan ke Surga. Supaya, kita mengingat bahwa hidup kita di dunia ini adalah sementara, karena kehidupan kita yang sesungguhnya adalah kehidupan yang kekal bersama Allah di Surga. Maka, mengawali permenungan kita di hari pertama bulan ini, kita merayakan hari para orang kudus di Surga, sedangkan hari yang kedua- yaitu hari ini- kita merayakan jiwa-jiwa orang beriman yang telah wafat. Sebab bagi kita orang beriman, kematian bukanlah akhir dari segalanya. Karena dengan mengimani Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat serta setia menjalankan perintah-Nya, kita dapat memperoleh hidup yang kekal, dan tubuh kita akan dibangkitkan oleh-Nya di akhir zaman (lih. Yoh 6:40). Demikianlah, sekalipun kita wafat, jiwa kita akan tetap hidup (lih. Yoh 11:25), karena dengan kebangkitan-Nya, Kristus telah menaklukkan kuasa maut itu (lih. 1Kor 15: 26-27).
Betapa janji Tuhan ini memberikan kepada kita pengharapan, namun juga mendorong kita agar tidak memusatkan diri kepada hidup kita di dunia ini saja, tetapi juga mempersiapkan diri untuk kehidupan kita setelah dari dunia ini. Sebab memang Allah telah menjanjikan kehidupan kekal di Surga kepada kita yang percaya kepada-Nya. Namun, untuk memperoleh penggenapan janji-Nya itu, kita-pun harus bekerjasama dengan rahmat-Nya. Kerjasama ini nyata dalam perbuatan kasih yang kita lakukan atas dasar iman kita kepada-Nya. Sebab kasih-lah yang menjadikan kita serupa dengan Allah, yang adalah Sang Kasih (1Yoh 4:8). Namun sayangnya, sering kita masih jatuh bangun dalam hal ini. Maka dapat terjadi, kita didapati oleh Allah belum sepenuhnya sempurna dalam kasih, ketika kita wafat. Mungkin hal ini juga dialami oleh saudara-saudari kita yang telah mendahului kita. Betapapun kita berharap bahwa mereka telah bersatu dengan Tuhan di Surga, namun karena dalam keterbatasan kita, kita tidak dapat mengetahuinya dengan pasti, maka Gereja menganjurkan kita untuk mendoakan jiwa-jiwa tersebut. Khususnya di tanggal 2 November, dan juga di hari-hari selanjutnya, kita diajak untuk mendoakan jiwa-jiwa yang telah mendahului kita ini, terutama jiwa orang tua, ataupun anak kita yang telah meninggal, sebagai tanda kasih kita kepada mereka. Ini membuktikan iman kita akan kehidupan kekal dan juga akan kuasa kasih Kristus yang melampaui maut, sehingga kita sebagai anggota- anggota-Nya, baik yang masih hidup, maupun yang telah meninggal, tetap terikat di dalam kasih Kristus.
Gereja bahkan memberikan Indulgensi Penuh yang dapat diperoleh untuk setiap hari, antara tanggal 1 sampai dengan 8 November, dan Indulgensi Sebagian pada hari-hari lainnya. Dalam buku Pedoman tentang Indulgensi, yang dikeluarkan oleh Sacred Apostolic Penitentiary, 1968, dikatakan bahwa indulgensi dapat diberikan untuk jiwa-jiwa di Api Penyucian yang kita doakan, jika kita mengunjungi kubur dan berdoa bagi jiwa-jiwa yang telah meninggal, bahkan doa yang diucapkan di dalam hati, bagi mereka yang telah wafat tersebut. Untuk memperoleh Indulgensi Penuh di awal bulan November ini, ada empat syarat yang harus dipenuhi, di samping mengunjungi makam dan berdoa bagi jiwa-jiwa yang telah meninggal. Empat syarat itu adalah: 1) Melakukan pengakuan dosa dalam sakramen Pengakuan dosa. Sekali Pengakuan dosa dapat cukup untuk memperoleh beberapa Indulgensi Penuh, tetapi Komuni harus diterima dan doa bagi intensi Bapa Paus harus didaraskan bagi perolehan setiap Indulgensi Penuh; 2) Menerima Komuni (Ekaristi) kudus; 3) Berdoa bagi intensi Bapa Paus. Doa bagi intensi Bapa Paus dapat dipenuhi dengan mendaraskan satu kali Bapa Kami, satu kali Salam Maria; namun kita-pun dapat mendaraskan doa-doa lainnya dengan penuh kesalehan dan devosi; 4) Akhirnya, syarat yang terpenting ini juga harus dipenuhi, yaitu semua keterikatan dosa, bahkan dosa ringan, tidak ada. Jika sikap batin yang terakhir ini kurang sempurna, atau ketiga persyaratan di atas tidak terpenuhi, maka Indulgensi yang diperoleh hanya Indulgensi Sebagian.
St. Paus Yohanes Paulus II mengajarkan, “Dasar dari ajaran Gereja tentang indulgensi adalah keberlimpahannya belas kasih Allah, yang dinyatakan oleh Salib Kristus. Tuhan Yesus yang tersalib, merupakan “indulgensi terbesar” yang telah ditawarkan Allah Bapa kepada umat manusia, melalui pengampunan dosa dan kemungkinan untuk hidup sebagai anak-anak Allah (lih. Yoh 1:12-13) di dalam Roh Kudus (lih. Gal 4:6; Rm 5:5; 15-16). Namun demikian..., karunia ini tidak sampai kepada kita tanpa penerimaan dan tanggapan kita... yang melibatkan usaha pribadi setiap orang dan karya sakramental Gereja.” (Audiensi Umum, 29 Sept 1999, par.2). Mari, kita bersyukur kepada Tuhan dan menerima belas kasih-Nya dengan sepenuh hati. Di awal bulan Nove
mber ini, mari kita menanggapi belas kasih Allah dengan mempersembahkan doa-doa dan perbuatan kasih kita bagi saudara- saudari kita yang telah meninggal dunia. Semoga dengan demikian, kita semakin menyadari bahwa hidup kita di dunia ini hanyalah awal dari suatu kehidupan kekal yang dijanjikan Allah, di mana kelak kita akan memandang Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya (1 Yoh 3:2), di dalam Kristus dan dalam kesatuan dengan saudara-saudari seiman yang telah mendahului kita, dalam kebahagiaan yang tanpa akhir.
Komentar
Posting Komentar